Aku Gie, kelas dua SMA yang lagi suka
banget sama yang namanya main, entah itu main game atau main ke rumah
sahabat-sahabatku. Aku punya tiga orang sahabat, Ve, Rien dan Hana. Kami dekat
sejak awal masuk SMA lebih tepatnya ketika kami mengikuti mos. Sejak saat
itulah kami tidak pernah terpisahkan, kemana-mana pasti selalu berempat.
Pernah satu hari setelah pulang
sekolah kami memutuskan pulang kerumah Rien, karena pada saat itu rumah Rien
lah yang paling dekat dari sekolah. Tiba-tiba aku mencetuskan sebuah ide.
“Sob, gimana kalo kita balapan ke
rumah Rien.”
Serempak sahabatku menolak ide itu,
namun setelah aku memberi tahu hadiah apa yang akan mereka dapatkan.
“Siapapun yang menang, semuanya aku
traktir es campur Mang Ood deh, tapi kalo aku yang menang aku yang kalian
traktir, gimana?”
Mendengar hadiah yang akan mereka
dapatkan nanti Ve, Rien dan Hana langsung menganggukan kepala mereka menandakan
mereka setuju dengan ideku. Sudah aku duga mereka tidak akan menolak jika aku
iming-imingi dengan es campur, es campur itu memang kesukaan kami berempat dari
kelas satu, selain enak harganya pun sesuai dengan kantong pelajar yang
pas-pasan.
Tidak usah berlama-lama perlombaan
lari dadakan kami berempat pun langsung dimulai.
“Satu.. dua.. ti.. ga!”
Secepat kilat kami berempat melesat
menjadi yang pertama menuju rumah Rien, demi semangkuk es campur Mang Ood,
jalan bolong hingga kubangan air di jalan kami lalui dengan tidak peduli.
Awalnya Vi yang jago main basket
memimpin di depan disusul dengan Hana dan ketiga aku, kalau Rien tertinggal di
belakangku. Sebetulnya aku tidak punya cukup uang jika harus membayar empat
mangkuk es campur, uangku hanya cukup membayar dua mangkuk es campur.
“Mau gak mau, aku yang harus menang!”
kataku dalam hati.
Dengan sekuat tenaga aku mulai
menggerakan kakiku lebih cepat, berusaha mengejar Hana yang tepat di depanku,
awalnya aku dan Hana sejajar, kemudian Hana mencoba lebih cepat lagi berlari,
aku tertinggal beberapa langkah dari Hana. Namun lagi-lagi demi es campur Mang
Ood aku percepat langakah kakiku, tidak peduli kedua telapak kakiku protes
kesakitan karena dipaksa harus lebih cepat berlari, beberapa saat kemudian
akhirnya aku bisa menyusul Hana.
“Yesss.” Kataku senang.
Tinggal satu lagi lawanku, Ve adalah
lawan terberatku, dia memang sangat jago dalam olah raga, apalagi lari untuk Ve
adalah hal yang biasa. Namun bagaimana pun juga aku yang harus menang.
Tiba-tiba Ve berhenti, diam sambil
menatap ke tempat Mang Ood menjual es campurnya. Melihat Ve yang sedang lengah
aku langsung melesat melewati Ve dengan gampangnya dan terus berlari melewati
warung Mang Ood, rumah Pak RT, rumah Sam dan akhirnya aku tiba di rumah Rien.
“Hore aku menang.” Kataku berteriak.
Dengan nafas tersengal aku membalikan
badan memeriksa sahabat-sahabatku yang tertinggal di belakang, dan ternyata Ve,
Rien dan Hana sedang memesan es campur duluan tanpa memperdulikan aku.
“Hahh.” Kataku kesal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar