Cerita
cinta sejatinya ingin berakhir dengan bahagia, happy ending bahasa kerennya,
namun siapa sangka apa yang akan terjadi besok atau lusa. Hanya Tuhan yang tahu
apa yang akan terjadi. Kisah ini berawal
dari aku, Neina. Yang aku tahu cinta itu memberi tanpa mengharap imbalan, cinta
itu suci harus jauh dari pengkhianatan, cinta itu murni yang harus dijaga
kejujurannya.
Kisahku ini berlayar bersama Galih,
orang yang telah bersamaku selama 78 hari ini. Tak ada hari yang tak kami lewati
bersama, aku begitu menyayanginya dan ku harap dia pun menyayangiku. Aku selalu
berusaha ada untuknya kapanpun dia membutuhkan pertolonganku. Tak terbersit
sedikitpun untuk meninggalkannya bahkan mengkhianatinya, karena bagiku bersikap
setia itu perlu.
Suatu hari Galih jatuh sakit, pada
saat itu dia jauh dari keluarganya dan hanya aku yang bisa menolongnya. Aku
panik ketika suhu badannya meninggi, aku kasihan melihat dia dengan keadaan
seperti itu, antara hidup dan mati. Dengan panik aku pergi mencari bantuan atau
toko obat terdekat, aku berlari dari jalan ke
jalan, aku melihat sekitar tak ada satu orang pun yang aku temui. Aku
tersadar ini sudah larut malam, pukul 1 pagi tepatnya.
Aku tahu dibelakang ada yang
mengikutiku, aku langkahkan kakiku lebih cepat. Jika aku kembali tanpa membawa
obat, yang ada Galih akan terus demam dan parahnya akan terjadi sesuatu pada
Galih. Akhirnya aku beranikan diri untuk terus mencari bantuan atau toko obat
terdekat, apapun yang terjadi padaku nanti aku yakin ada tuhan yang
melindungiku. Setelah 20 menit berlari akhirnya aku menukan toko obat, dengan
nafas yg tercekat aku meminta pramuniaga itu segera memberikan aku obat penurun
panas. Setelah mendapatkan obat itu aku kembali dan berlari secepat mungkin
agar Galih bisa tertolong.
Entah kenapa air mata ini tak bisa
aku hentikan, air mata ini terus mengalir tanpa henti mengingat kejadian itu,
kejadian yang mungkin saja akan membuatku mengalami kejadian buruk dalam
hidupku. Dan hari ini aku melihat pengkhianatan yang amat begitu nyata, Galih bersama
wanita lain dan mengabaikanku. Dia seperti tidak mengenalku, baginya aku ini
seperti kabut yang tak jelas tampak dimatanya.
Selama ini aku hanya dijadikan
tempat perlindungan baginya ketika teman-temannya menjauh, menjadi perawatnya
ketika wanita itu tak ada disampingnya, dan tak pernah sediktpun aku ada
dihatinya.
Bagiku yang tulus mencintainya semua
itu pengkhianatan yang amat menyedihkan dan pahit, namun baginya itu bukanlah
apa-apa. Sekarang setelah semuanya kembali aku yang dia buang, aku yang dia
abaikan. Itulah balasan tulus cintaku padanya, balasan dari orang yang aku
sayang.
Ternyata cinta yang aku impikan
bersama Galih hanya impian semu dan kenyataan pahit yang aku dapat. Yang semula
aku rasa Galih adalah lelaki yang beda dengan yang lain ternyata sama saja.
Hanya mempermainkan perasaan dan pemberi harapan palsu pada wanita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar