Jika sudah berurusan dengan masa
lalu yang ada kita ingin kembali ke masa-masa itu, apalagi ketika kita memiliki
kenangan indah yang tidak akan pernah kita lupakan. Begitupun yang aku rasakan
saat ini ketika aku mengenang kembali kenangan-kenangan masa laluku ketika aku
masih bersama Indra. Banyak sekali kejadian yang kami alami bersama, namun ada
satu episode yang tidak akan pernah aku lupakan.
Sore itu ketika kami berjalan di
sepanjang jalan kawasan industri yang cukup ramai dan di padati oleh para karyawan
yang baru pulang dari tempat kerja mereka. Pada saat itu aku dan Indra
sama-sama bekerja di suatu perusahan yang berada di kawasan industri tersebut.
Dalam perjalan pulang kami membicarakan menu makan malam yang akan kami nikmati
bersama nanti.
Setiap harinya kami selalu berganti
tempat untuk makan malam, mencari menu-menu yang enak dan mengenyangkan tetapi
tidak terlalu mahal, karena pada saat itu kami adalah karyawan yang selalu
mengalami masa-masa sempit ketika tanggal 15 datang. Hanya nasi kucing, nasi
goreng atau angkringan yang sanggup kami beli, namun kadang kami makan malam di
tempat yang agak mahal itupun jika kami baru menerima gaji.
Jika bersama orang yang kita cinta
makan di manapun dengan makanan murah sekalipun akan terasa nikmat. Itu juga yang
aku rasakan, meski hanya makan nasi goreng satu porsi berdua tapi aku merasa
seperti makan masakan special yang dihidangkan oleh chef di restoran bintang
lima. Cinta memang bisa merubah apapun, bahkan ketika susah akan terasa lebih
indah.
Ketika kami mendiskusikan makanan
apa yang akan menjadi menu makan malam nanti tiba-tiba Indra mengusulkan menu
soto ayam, namun dia tidak ingin membeli di warung yang menyajikan menu soto
ayam, bukan karena kami tidak cukup uang untuk membelinya tetapi Indra ingin
aku yang membuatnya sendiri. Mendengar usulan Indra aku sangat terkejut, tumben
sekali dia ingin aku yang memasakan makanan untuk menu makan malam kami.
Padahal Indra tahu betul aku tidak begitu pandai memasak, lagi pula di
kontrakan yang aku tempati tidak ada dapur juga peralatan masak yang lainnya,
hanya dua penanak nasi yang biasa aku pakai untuk menanak nasi dan yang satunya
lagi pemberian temanku dua hari lalu.
Aku menjelaskan pada Indra bahwa aku
tidak akan mungkin bisa memenuhi kemauannya itu, namun dia terus meyakinkanku
bahwa aku bisa, meski tidak memiliki peralatan masak dengan memakai penanak
nasi pun aku bisa memasak soto ayam yang dia inginkan. Karena aku tidak bisa
menolak permintaannya, akhirnya dengan berat hati aku menyanggupi tantangan
tersebut.
Akhirnya kami berdua tidak langsung
pulang ke kontrakan kami masing-masing, melainkan kami pergi ke pasar untuk
berbelanja bahan-bahan untuk membuat soto. Namanya di pasar sudah pasti ramai
sekali, apalagi bertepatan dengan waktu pulang para karyawan pasti banyak sekali
karyawan yang berbelanja membeli bahan-bahan untuk makan malam nanti bahkan mungkin
untuk sarapan keesokan harinya.
Pertama-tama kami ke tempat penjual
beras dan bumbu masakan, karena aku tidak begitu tahu bumbu untuk membuat soto
akhirnya aku memilih untuk membeli bumbu instan yang sekarang banyak di jual di
pasar. Setelah membeli bumbu instan untuk soto, juga membeli penyedap masakan
tidak lupa kaldu ayam dan tentunya beras. Tempat selanjutnya yang kami datangi
yaitu penjual sayuran, yang aku tahu isi dari soto itu ada kol, tauge, daun
bawang dan tomat. Karena Indra menyerahkan semua halnya padaku jadi aku hanya
membeli itu saja sebagai sayurannya.
Kebetulan kami berdua adalah
penggemar telur puyuh, apalagi Indra dia sangat menyukai telur puyuh, dan aku
berfikir untuk mengganti ayam dengan telur puyuh. Selain itu kesukaan kami
berdua masaknya pun tidak begitu rumit jika dibandingkan memakai daging ayam.
Setelah kami kelilingi semua sudut pasar akhirnya kami menemukan juga penjual
telur puyuh, akhirnya bahan-bahan yang kami butuhkan pun sudah terbeli
semuanya.
Dalam perjalan menuju kontrakan
banyak mata yang melihat kami, aku heran kepada mereka yang melihat kami
deperti sepasang kekasih yang aneh, namun mata mereka tertuju pada Indra,
ketika itu indra membantuku membawakan kantung plastik transparan yang berisi
sayuran. Apakah karena itu semua orang menatap kami dengan pandangan aneh?
“Kamu ga malu bawa belanjaan, semua
orang liatin kamu loh, sini aku aja yang bawa” tawarku pada Indra.
Namun aku benar-benar terkejut dan
sekaligus tersentuh ketika dia menjawab,
“Ngga ko, kenapa harus malu, biarin
orang lain liatin aku aneh yang penting aku mau bantu kamu”.
Lelaki yang aku cintai ini adalah
lelaki impianku, yang tidak malu membantuku dan mau ikut berbelanja ke pasar
seperti yang dia lakukan sekarang.
Sesampainya di kontrakan aku pun
langsung menyiapkan bahan-bahan untuk membuat soto, mulai dari mencuci,
memotong hingga merebus sayuran. Setelah beberapa kali memanggil Indra untuk
meminta bantuannya namun dia tidak juga menyahut, setelah melihat kebelakang
ternyata Indra tertidur, melihat tidurnya dia seperti kelelahan. Aku putuskan
untuk tidak mengganggu tidurnya dan melanjutkan memasak.
Akhirnya masakanku pun matang, tapi
aku tidak yakin dengan rasanya, aku takut kalau masakanku akan terasa aneh. Aku
bangunkan Indra untuk mencicipi masakanku, dengan ekspresi terkejut Indra
meyakinkan dirinya bahwa soto yang dia inginkan telah tersedia di depan
matanya. Ketika Indra menyuapkan soto ke mulutnya, tiba-tiba dia meletakan
kembali sendoknya. Apa dia ragu dengan masakanku?
Dia merogoh sakunya dan mengeluarkan
ponsel lalu dia memotret soto buatanku yang dipenuhi dengan telur puyuh
kesukaannya. Suapan pertama dia tidak berkata apapun, suapan kedua dia baru
berkomentar.
“Makasih sayangku, sotonya enak”
Lega rasanya dia menyukai soto
buatanku, aku merasa tersentuh dia menghargai masakanku. Namun sayangnya itu
hanya kenangan yang tidak akan terlupakan, hingga saat ini kenangan itu masih
ada dalam benakku dan terkenang kembali ketika aku melihat foto soto di akun fb
ku yang ternyata dia upload sebelum dia menyantapnya hingga habis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar