Senin, 28 Juli 2014

Bapak

Ditinggalkan adalah hal yg menyakitkan untukku. Tapi inilah kenyataan hidup yg harus aku jalani.
Ditinggal oleh alm. Bapak adalah salah satu kenyataan yg masih membuatku merasakan bahwa ini semua mimpi !

Bapak, aku tahu walaupun kau tak lagi ada disini pasti kau telah nyaman bersama-Nya. Ya Allah aku titipkan Bapak pada-Mu, tempatkan iya di sisi-Mu dan berilah tempat yg paling indah untuknya. Aminnn....

Setelah kau kembali pada-Nya aku baru menyadari bahwa aku begitu jauh denganmu. Bahkan hingga sebelum kau tiada aku tak punya foto bersamamu. Bapak apa makanan kesukaanmu?
Ah... sekedar menanyakan kabarpun aku jarang bagaimana aku akan tahu apasaja kesukaannya, apa yg tidak dia sukai. Semua ini sangat begitu aku sesali, andai ketika kita masih bisa bertemu, kita dapat banyak bercerita, bermain bersama atau makan bersama.

Bapak, aku tahu aku pasti pernah menjadi seseorang yg paling ingin kau lindungi, yg paling kau sayangi. Tapi apakah kau ingat aku saat terakhir kita bertemu?
Apakah bapak pernah mengingatku saat bapak sakit? Pernahkah bapak ingin bertemu aku?

Maafkan anakmu yg tidak berbakti ini pak, maafkan aku dan jarak ini yg telah memisahkan kita, maafkan ketidak baikanku padamu pak. Rasanya aku belum pernah mengabdi padamu, aku tak mendapatkan kesempatan itu.
Maafkan anakmu ini pak, ya Allah maafkan aku...

Lahir Kembali di Senin, Hari yg Fitri

20 tahun lalu, ketika takbir berkumandang di seluruh negeri ini, ibuku bercerita bahwa saat itu aku lahir..

Mendengar dari banyaknya cerita kelahiran, melahirkan itu penuh dengan perjuangan. Sepertinya hal itu pula yg ibuku rasakan.

Satu hari sebelum aku hidup di dunia ini..
Saat ibuku tengah berada di pasar sedang berjualan, beliau merasakan sakit di perutnya. Namun beliau tahan rasa sakitnya karena saat itu memang kondisinya sangat ramai di pasar.
Tidak pernah terbayang olehku bagaimana nakalnya aku dulu ketika masih dalam kandungan. Sangat menyusahkan ibuku bahkan sebelum aku lahir.

Ibu dan bapak ku pastilah sangat lelah ketika itu, namun sayang lagi-lagi aku berbuat ulah dengan membuat perut ibuku sakit. Dan akhirnya ibuku dilarikan ke bidan.
Prediksi saat itu aku akan segera lahir di rumah bidan tersebut. Namun lagi-lagi aku berbuat onar, aku menyusahkan ibuku yg pasti sangat kelelahan dan sakit. Aku menolak untuk keluar dari rahim ibuku saat itu.

Hingga saat ini aku tidak dapat membalas semua jasa orang tuaku, bagaimana mereka rela merasakan lelah dan sakit saat menungguku lahir.
Setelah seharian aku tak mau juga keluar, akhirnya akupun menyerah pada takdir, karena takdirku menulis bahwa aku lahir dikala semua orang pergi ke mesjid untuk melaksanakan shalat ied.
Aku bangga karena aku lahir saat hari dimana semua orang bergembira, hari dimana semua orang memaafkan, hari kemenangan dari setelah satu bulan lamanya para umat muslim di uji. Terimakasih bu telah kau lahirkan anakmu ini dihari yg suci..

Setelah sekian lamanya aku hidup, baru pada lebaran tahun ini aku menyadari apa arti semua perjuangan ibu, perjuangan orang tua, perjuangan atas nama Allah. Semuanya telah menyadarkan aku bahwa hidup ini harus lebih bijaksana, lebih menghargai teruntuk lebih menghargai ibu juga bapak dan semua orang tua. Syukran ya Rab.. syukran..

Jumat, 25 Juli 2014

Maaf

Mungkin kau lelah denganku, tapi maaf aku sedang lelah bersama perasaan ini.
Aku hanya perlu waktu untuk bernafas dan memberimu waktu denganmu sendiri.
Maaf dengan sikap ini yg mungkin membuatmu sakit.
Tidak, akupun sakit melakukan ini padamu.
Biarkan aku menyakiti hati ini, biarkan saja, abaikan saja, anggap aku pergi untuk sementara di waktumu dan doakan semoga aku kembali jika itu yg kamu mau.
Kau harus bahagia, harus !
Lepaskan sedihmu, bergembiralah..

Sekali lagi ini bukan karena aku membencimu, sama sekali tidak.
Aku hanya berpikir ulang bagaimana membahagiakanmu tanpa hati ini ikut terluka.
Dan sedang menyadarkan diri ini berkali-kali bahwa kau berhak mendapat yg lebih baik.
Terimakasih telah memberi kabarmu padaku, aku baik-baik saja..

Senin, 07 Juli 2014

Mereka, Sumber Ilmu yang Seringkali Kita Umpat

Ohh... Tuhan
Ini curhatan hatiku ketika aku berada ditengah situasi yang sangat membuatku geram.
Aku tahu kau lebih tahu dari siapapun , kau bisa melihat, mendengar dan merasakan segala apa yang ada pada saat itu.
Begini, Tuhan...
Aku sangat geram kepada bagian diriku sendiri yang menyepelekan seseorang, yang tidak menghargai sedikit saja apa yang telah mereka lakukan untukku. Aku tahu tak mudah menjadi seperti mereka ini, tapi aku selalu sebal dan kadang tak mendengar ketika mereka memberikan ilmunya untukku.
Malas sekali rasannya untukku memperhatikan mereka sebentar saja, padahal aku tahu yang mereka berikan adalah bekal dasar untuk hidupku yang akan datang.
Ketika beribu tugas datang menghampiriku untuk aku selesaikan, bukannya aku kerjakan tapi lebih sering aku mengeluh bahkan hingga mengumpat mereka.
Tuhan... *jeritku pilu*
Hingga saat semua ujian itu datang, semua pikiranku buyar berceceran, berantakan.
"Harus aku apakan soal-soal ini? Sungguh aku tidak mengerti sama sekali pelajaran ini".
Karena waktu yang terus merongrong, akhirnya jalan keji aku ambil, jalan apa saja yang penting soal-soal ini aku selesaikan, walau aku sama sekali tidak mengerti bagaimana cara menyelesaikannya.
Setelah semuanya selesai, akhirnya aku mengumpat kembali, lagi-lagi aku salahkan mereka, salahkan materinya, salahkan metode ajarnya. Sayangnya aku tidak menyalahkan diriku sendiri yang masih diselimuti rasa malas dalam mencari ilmu.

Singkat cerita...
Hasil semua ujianpun telah diberikan oleh mereka.
"Oh, aku harap mendapat nilai bagus".
Nyatanya...
S*iiitttttttttttttttttttt %*#&^**(%$@@!)*%$@$T%%$..............

Sepertinya aku semakin berbakat untuk mengumpat, mencela, membenci bahkan hingga berjanji yang tidak baik sebetulnya untuk diriku sendiri. Ah... -_-

**
Sungguh prilaku buruk,
Tuhan, mengapa aku sulit mengubah diriku sendiri?
 Kenapa aku menjadi pemuda/i yang berbakat dalam mengumpat.
Padahal diri ini tahu mereka yang aku hina, sama saja seperti orang tuaku, namun mereka adalah orang tua di sekolah/kampus.
Ampuni aku Tuhan....
Kembalikan aku menjadi hamba-Mu yang pandai mengkaji diri.